Jumat, 22 Mei 2020

Ketika Itu

Ketika itu,

     Seorang pemuda duduk bersandar  di sebuah kursi yang sudah lapuk termakan usia,  tatapan matanya jauh seakan menjagkau semesta.  Dialah DODO seorang Sarjana Teknologi Fress GraDuate yang tampak
merenung dan berfikir keras tentang hidup yang sedang dialaminya. Tahun 1998 adalah tahun adalah tahun yang sangat berat bagi DODO.  Krisis moneter melanda negeri ini,  Industri macet,  perekonomian terpuruk, hiduo menjadi tidak menentu.  Jangankan untuk berkembang bisa bertahan hidup saja saat itu sudah sesuru yang luar biasa. PHK terjadi dimana-mana,  kesepakatan kerja yang sudah di tanda tangani banyak yang dibatalkan,  penganggutan bertambah dan kejahatan meningkat.  Dalam situasi ini  DODO berfikir keras bagaimaba caranya bisa bertahan dalam situasi dan kondisi seperti itu. Hari berlalu,  minggu terlewati tak terasa sudah satu semester berlalu dengan langkah yang tertatih.  Hidup di Desa yang terpencil membuat informasi menjadi terbatas cita-cita bekerja di industri pun sudah mulai sirna. Ada beban berat yang selalu berkecamuk di kepalanya. Pekerjaan yang tidak jelas,  calon istri yang menunggu, kenyataan hidup yang dialami. Mulailah dia melangkah meskipun masih samar,  lahan yang tak seberapa disekitar rumahnya dia garap,  menanam sayuran,  singkong,  dan berbagi macam tanaman lainnya. Sedikit demi sedikit masalah ekonomi kehidupannya mulai berubah, semangat hidupnyapun mulai tumbuh.  Berkembang pada bisnis kecil-kecilan mulai dari jadi pengepul batok kelapa,  memelihara ayam, membesarkan ikan dia lakukan.  Harapan merubah kehidupan mulai tumbuh,  akan tetapi kenyataan hidup tidak selalu sama dengan harapan. Semua usaha yang dilakukan yang awalnya mulai tumbuh tiba-tiba berantakan,  mulai dari gagal panen,  harga anjlok sampai terdampak bencana alam.
         Bediam tanpa kejelasan nasib,  bergerak tak jelas arah tujuan,  itulah yang dirasakan oleh DODO saat itu.  Berangkat dari keputusasaan dia mulai berfikir,  berfikir dan berfikir,  bagaimana caranya untuk bertahan hidup.

Dengan perenungan yang panjang akhirnya dia memutyskan untuk menjuk 14 pohon jati yang ada dilahan milik orangtuanya. Uang 4 juta dia peroleh dan digunakan sebagai uang muka pembelian sepeda motor.

Memulai Kehidupan Baru, 

   Pagi itu selesai menunaikan sholat subuh DODO bersiap untuk memulai karir barunya dengan  Sepeda motor yang dibelinya. Hari itu adakah hari senin,  bertepatan dengan hari pasaran di pasar kecamatan yang jaraknya sekitar 8 km dari rumah DODO.  "Pagi yang cerah mudah-mudahan rejekiku juga cerah" gumannya.  Diapun berangkat dari rumah dengan dengan laju sedang sampai tiba di suatu persimpangan yang jaraknjya sekitar 5 km dari rumahnya.  Dia menghentikan sepeda motornya dan duduk disebuah pos peristirahatan yang ada di tempat itu. Dia diam dan sesekali memper-hatikan sekelilingnya. Beberapa orang turun dari angkutan pedesaan dia datangi dan berbincang, dari raut mukanya si DODO nampak agak kecewa. Kemudian berbalik arah dan kembali ketempat semula dia duduk. Dalam sehari itu terjadi beberapa kali kejadian yang serupa.


Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menerima kritik yang membangun